Saturday, November 29, 2014

Indonesia Masih Berada di Dalam Garis Kelaparan


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Namun kenyataannya, Negeri makmur "gemah ripah loh jinawi" itu masih menyisakan persoalan kasus gizi buruk pada balita dan anak-anak yang dapat ditemukan hampir di seluruh daerah, bahkan tidak sedikit balita yang meninggal dunia akibat gizi buruk akut. Sungguh ironi kenyataan itu dan kasus gizi buruk menjadi potret buram bagi negara yang kaya dengan cadangan gas alam terbesar di dunia.
Laporan akhir tahun 2012, data Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat sebanyak 8 juta anak balita mengalami gizi buruk kategori "stunting" yakni tinggi badan yang lebih rendah dibanding balita normal. Dari data 23 juta anak balita di Indonesia, 8 juta jiwa atau 35 persennya mengidap gizi buruk kategori stunting, sementara untuk kasus gizi buruk tercatat sebanyak 900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persen dari total jumlah bayi di seluruh Indonesia. Data lain menyebutkan bahwa, telah terjadi juga kasus kelaparan atau krisis pangan di Kampung Jewa, Aroanop, Distrik Tembagapura yang sudah berlangsung beberapa bulan terakhir. Tokoh masyarakat Suku Amungme di Kabupaten Mimika, Papua, Thomas Wanmang mengatakan, kasus kelaparan yang terjadi di Kampung Jewa semestinya tidak perlu terjadi jika Pemkab Mimika, PT Freeport Indonesia, Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) serius memperhatikan masyarakat. Menurut beliau hal ini merupakan situasi yang aneh, dimana kita memiliki perusahaan tambang kelas dunia tapi rakyatnya malah mati kelaparan di atas kekayaan alam yang mereka miliki.
Dengan fenomena-fenomena tersebut, Indonesia belum bisa disebut sebagai negara makmur karena indikasi negara makmur antara lain tidak satupun rakyatnya yang kelaparan, kurang gizi, apalagi meninggal dunia akibat kelaparan. Kalau masih terjadi, maka negara itu belum sepenuhnya dikatakan makmur.
Kelapar itu sendiri adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik, maupun kekeringan cuaca. Sedangkan, FAO mendefinisikan kelaparan sebagai kekurangan gizi atau asupan makanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan diet energi, yang berlangsung setidaknya selama satu tahun. Istilah lebih tepatnya adalah kekurangan gizi kronis. Dalam hal ini, angka kelaparan menunjukkan kegagalan negara dalam menjamin makanan yang cukup bagi setiap warganya.
Begitu banyak faktor-faktor pendukung terjadinya kelaparan di Indonesia, antara lain yaitu:
1.      Kemiskinan
Masyarakat marginal merupakan sekelompok manusia yang mengalami ketertindasan kondisi, baik secara alamiah maupun system ekonomi yang tak berpihak pada masyarakat setempat, maka peran pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan masalah social yang tak pernah kunjung usai. Masyarakat miskin adalah masyarakat yang jauh dari hidup sejahtera dan tidak menunjukkan dalam keadaan yang baik, dan kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan kekurangan materi, sehingga dalam hidupnya mengalami keadaan yang tidak sehat dan psikisnya tidak dalam kondisi damai. Dalam realita kehidupan masyarakat masih terdapat banyak penduduk miskin yang tersebar di perkotaan dan pedesaan. Diantara masyarakat miskin di pedesaan ini, yang kondisi kemiskinannya paling rentan adalah yang berdiam di wilayah terpencil. Wilayah terpencil adalah wilayah yang tidak terhubungkan dengan prasarana transportasi (darat, laut maupun udara) dan komunikasi dengan pusat-pusat pertumbuhan terkecil sekalipun. Wilayah terpencil berada di pulau-pulau kecil maupun di pedalaman. Di beberapa wilayah pedesaan terpencil ini bermukim masyarakat adat dan masyarakat umum. Mereka adalah masyarakat yang masih sangat terbelakang, belum mampu mengembangkan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan sangat sedikit menerima sentuhan pembangunan.

2.      Konflik Politik
Konflik politik yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kelaparan yang dahsyat bagi kehidupan masyarakat, sebelum mengetahui tentang konflik terlebih dahulu mengetahui apa yang di maksud konflik, agar mudah dalam membahas tentang permasalahan tersebut. pengertian konflik merupakan suatu perselisihan yang terjadi antara dua belah pihak atau lebih, ketika mereka menginginkan suatu kebutuhan yang sama dan ketika adanya hambatan dari kepentingan mereka, baik secara potensial dan praktis. Terjadinya konflik politik ini disebabkan proses disorganisasi terjadi perbedaan faham tentang tujuan kelompok sosialnya, tentang norma-norma sosial yang hendak diubah, serta tentang tindakan didalam masyarakat. Apabila tidak terdapat tindakan dalam menghadapi perbedaan ini, maka dengan sendirinya langkah pertama menuju disintegrasi terjadi. Jadi, disorganisasi terjadi apabila perbedaan atau jarak antara tujuan sosial dan pelaksanaan terlalu besar.

3.      Faktor alam
Penyebab kelaparan juga karena factor alam, terjadinya kekeringan yang berkepanjangan, sehingga masyarakat tak dapat menanam tanaman sebagai jalan mempertahankan kehidupan. Kekeringan (drought) secara umum bisa didefinisikan sebagai pengurangan pesediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus.Kekeringan dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan dimana terjadi kekurangan air, dalam hal ini biasanya dikonotasikan dengan kekurangan air hujan. Pengertian lain adalah kekurangan dari sejumlah air yang diperlukan, dimana keperluan air ini ditentukan oleh kegiatan ekonomi masyarakat maupun tingkat sosial ekonominya. Dengan demikian kekeringan adalah interaksi antara dua fenomena yaitu kondisi sosial ekonomi dan kondisi alam. Karena kekeringan terjadi hampir di semua daerah dunia dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, definisi yang berlaku harus secara regional bersifat khusus dan memfokuskan pada dampak-dampaknya. Dampak dari kekeringan muncul sebagai akibat dari kurangnya air, atau perbedaan-perbedaan antara permintaan dan persediaan akan air. Dengan adanya kekeringan para petani tak dapat mempertahankan hidup, sebab sebagian besar pertanian masih menggantungkan dengan alam, sehingga apabila kekeringan ini terus berkelanjutan, sudah dapat dipastikan kelaparan akan terjadi dalam kehidupan masyarakat, sehingga kematian dikarenakan kelaparan tak dapat dihindarkan.
Sungguh ironis memang kenyataan yang menyebutkan bahwa Indonesia masih berada di dalam garis kelaparan. Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi yang nyata untuk menyelesaikan masalah ini. Menurut CEO CARE Australia, Julia Newton-Howes salah satu kunci utama untuk memerangi kelaparan global adalah memaksimalkan petani yang bekerja di lahan-lahan sempit.
Julia Newton-Howes juga mengatakan "Kalau kita mau memerangi kelaparan, maka kita harus berpikir bukan hanya bagaimana memproduksi makanan lebih banyak -kita tahu bahwa sudah ada cukup banyak makanan yang diproduksi di dunia ini - tapi tentang bagaimana makanan didistribusikan."
Oleh sebab itu, pemerintah bersama-sama juga dengan masyarakat harus bisa berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan kelaparan yang ada di Indonesia ini.
Referensi:






No comments:

Post a Comment