Wednesday, June 10, 2015

Degradasi Moral dan Etika pada Kalangan Remaja


LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama               : Amir Mukhlis
NPM               : 10413796
Kelas               : 2IB01
Jurusan            : Teknik Elektro
Menyatakan bahwa, makalah saya yang berjudul “Degradasi Moral dan Etika pada Kalangan Remaja” sudah memenuhi jumlah kata sejumlah 2135 kata dan tugas ini bukan hasil plagiat.


Depok, 12 Juni 2015



(Amir Mukhlis)



KATA PENGANTAR
           
Segala puji serta syukur yang dalam saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,  karena berkat rahmat dan kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Degradasi Moral dan Etika pada Kalangan Remaja.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam  pemahaman dan pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan Etika pada remaja dimana hal tersebut sangat diperlukan untuk memeperluas pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana modernisasi di zaman sekarang ini mampu mempengaruhi perubahan etika pada seseorang, dengan suatu harapan lainya dimana makalah ini bisa lebih bermanfaat untuk mahasiswa dan bahkan umum.
Saya menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan sangat saya harapkan untuk perbaikan pada penulisan selanjutnya.
Pada akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

DepokJuni 2015



Penyusun






BAB 1
PENDAHULUAN

Nilai dan etika adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan dan sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap benar. Memiliki sifat yang abstrak, bukan konkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat batiniah. Oleh sebab itu nilai bukanlah suatu hal yang bisa dipelajari dan terdapat teorinya secara jelas. Lalu, sistem nilai dapat diartikan sebagai seperangkat hal yang saling bergantung, saling disesuaikan, dan konsisten terhadap suatu aturan. Sedangkan etika merupakan bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik dan menginginkan hal baik dalam hidup. Etika, sebagaimana metoda filsafat, mengandung permusyawaratan dan argumen eksplisit untuk membenarkan tindakan tertentu (etika praktis) juga membahas asas-asas yang mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu (etika normatif). (Robert C. Solomon.1984).
Di zaman modern seperti sekarang ini, tentu telah banyak permasalahan etika yang kita lihat terjadi di masyarakat khususnya pada kalangan remaja. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai hal atau multifaktorial, salah satu penyebabnya adalah masa remaja merupakan waktu paling rentan dan sangat mudah untuk dipengaruhi, diprovokasi, dan biasanya remaja memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi terhadap berbagai hal. Selain itu juga, remaja juga sangat mudah mengikuti arus pergaulan yang sebenarnya dia sendiri belum mengetahui betul hal tersebut sesuai dengan norma dan etika yg berlaku di masyarakat atau tidak.
Pada awal dekade yang  lalu penyalahgunaan NAPZA (Narkotik,  Psikotropik  dan  Zat  adiktiflainnya) pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV/AIDS masih amat langka. Namun seiring dengan berkembangnya zaman angka kenakalan remaja terkait NAPZA dan perilaku sex pranikah terus meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan Depkes di Jawa Barat pada tahun 1996 terungkap bahwa sekitar 7,5% remaja perempuan di kota dan 1,3% di desa telah merokok, sementara di Bali berturut-turut 1,5% dan 0,6% (Kristanti & Depkes,1996).  Survei lain pada 8084 remaja  laki-laki dan perempuan 15-24 tahun di 20 kabupaten dan empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, dan Lampung) menemukan bahwa 8% remaja perempuan dan 81,9% remaja laki-laki  telah merokok, 1% remaja perempuan dan 2,7% remaja laki-laki pernah minum alkohol,serta sebesar 0,6% remaja perempuan dan 10,7 % remaja laki-laki pernah menggunakan obat terlarang (LDUI & BKKBN, 1999). Lalu, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 diketahui pula bahwa meskipun kelompok perempuan turut serta dalam perilaku merokok, minum-minuman beralkohol, ataupun menggunakan obat-obatan terlarang, persentasenya masih lebih rendah dibandingkan kelompok laki-laki seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Selain itu, data mengenai perilaku hubungan seks pranikah pada pelajar terutama di kota besar beberapatahun terakhir ini tercatat cukup signifikan. Survei kecil yang dilakukan Yayasan Pelita Ilmu diPlazadanMallJakarta menemukan bahwa 42% dari 117 remaja usia 13-20 tahun pernah berhubungan seks dan lebih dari separuh diantaranya masih aktif berhubungan seks dalam 1-3 bulan terakhir(Conrad,2000). Sebuah survei terhadap pelajar SMA di Manado mendapatkan persentase 20%pada remaja laki-laki melakukan seks pranikah dan 6% pada pada remaja perempuan (Utomodkk, 1998).
Berdasarkan berbagai survey di atas maka kita dapat melihat begitu banyaknya masalah dan penurunan moral serta etika yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh adanya proses modernisasi dan globalisasi. Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat terutama kalangan remaja melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini  semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Penurunan moral dan etika di kalangan remaja tidak dapat kita abaikan. Penduduk remaja perlu mendapat perhatian serius mengingat mereka masih termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka akan memasuki dunia kerja dan memasuki umur reproduksi. Apabila tidak dipersiapkan dengan baik remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi, seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA dan HIV/AIDS, dan juga degredasi moral dan etika seperti pencurian, pemerkosaa. Dampak yang dapat ditimbulkan dari permasalah-permasalahan remaja yang terjadi sekarang ini dapat mempengaruhi kehidupan remaja selanjutnya. Salah satunya adalah psikologi remaja menjadi terganggu, remaja menjadi lebih tertutup dan apatis dengan lingkungan, selain itu juga dapat menyebabkan berbagai penyakit menular seksual, dan kurangnya motivasi dalam remaja itu sendiri.
















BAB II
PEMBAHASAN

Etika dan moral merupakan dua hal yang berbeda. Perbedaan etika dengan moralitas dapat dilihat, bahwa moralitas adalah pandangan tentang kebaikan/kebenaran dalam masyarakat. Menurut Kant 1724-1804 moral merupakan suatu hukum dasar dari masyarakat yang paling hakiki dan amat kuat. Juga suatu perbuatan benar atas dasar suatu prinsip. Ia merujuk pada perilaku yang sesuai dengan "kebiasaan atau perjanjian rakyat yang telah diterima", sesuai nilai dan pandangan hidup sejak masa kanak-kanak, tanpa permusyawaratan.

Etika merupakan pemikiran atau refleksi atas moralitas. Dengan demikian tidak semua orang beretika. Menurut Purwadianto 2012 etika adalah refleksi filosofis yang sesungguhnya. Ia dimunculkan oleh para filsuf dan berlaku universal karena tak memandang masyarakat tertentu saja. Dokter melanggar janji untuk datang tepat waktu, berarti ia tidak etis. Namun, bila melakukan malpraktik kepada pasiennya, hal tersebut baru dapat dikatakan tidak bermoral. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987).

Hubungan antara nilai, norma, moral dan etika memang sangat erat sekali dan kadangkala hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sebenarnya hal tersebut memiliki perbedaan. Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis dan sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kenakalan remaja dan degradasi moral serta pelanggaran etika yang terjadi di kalangan masyarakat khususnya remaja dapat mengindikasikan bahwa penerapan moral serta etika sudah tidak dianggap penting lagi oleh remaja dan cenderung diabaikan. Selain karena modernisasi dan globalisasi penurunan moral serta etika ini dapat disebabkan oleh berbagai determinan lainnya, yaitu sebagai berikut
1.                   Kurang kuatnya  pegangan terhadap agama . Di kehidupan yang serba modern seperti zaman sekarang ini, bukan menjadi suatu rahasia lagi jika kepercayaan kepada suatu agama atau keberadaan Tuhan sering dianggap sebagai suatu simbol belaka dan bukanlah suatu hal yang selalu ditaati. Hal tersebut semakin terlihat di kalangan remaja, dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan yang datang dari masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar dan sifatnya hanya bisa menilai dari apa yang terlihat. Lalu, apabila dalam suatu masyarakat terdapat banyak orang yang melakukan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Hal tersebut ditambah lagi dengan ciri khas remaja yang selalu ingin mencoba hal baru dan juga mudah terpengaru dengan lingkungan maka pelanggaran etika dapat terus berlangsung. Tetapi lain halnya jika setiap orang memiliki keyakinan yang teguh kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.

2.                   Pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat tidak berjalan secara efektif. Pembinaan moral yang utama dan yang pertama dilakukan dalam lingkup sosial yang paling kecil yaitu di dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat awal dimana seorang anak belajar banyak hal termasuk nilai dan etika yang berlaku di masyarakat. Oleh sebab itu, peran serta orang tua dan keluarga terdekkat menjadi sangat penting untuk dapat menanamkan nilai dan etika yang baik pada anak. Seperti halnya di dalam keluarga, sekolah pun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang baik, lingkungan sekitar haruslah dapat mendukung. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Terjadinya kerusakan moral dan etika dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, dapat disebabkan karena tidak efektifnnya peran keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral.

3.                   Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekularisme adalah sebuah gerakan kemasyarakatan yang bertujuan memalingkan dari kehidupan akhirat dengan semata-mata berorientasi kepada dunia. Gerakan ini dilancarkan karena pada abad-abad pertengahan, orang sengat cenderung kepada Allah dan hari akhirat dan menjauhi dunia. Sekularisme tampil untuk menghadapinya dan untuk mengusung kecendrungan manusiayang pada abad kebangkitan, orang menampakkan ketergantungan yang besar terhadap aktualisasi kebudayaan dan kemanusiaan dan kemungkinan terealisasinya ambisi mereka terhadap dunia. Hal tersebut sama halnya dengan materialistis dan hedonistis yang berorientasi pada hal keduniaan dan materi semata. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.

4.                   Tidak adanya peraturan pemerintah yang mendukung pembinaan moral dan etika. Pemerintah merupakan sekelompok orang yang memiliki kekuasaan terhadap hampir seluruh aspek di dalam kehidupan suatu negara yang dipimpin atau dijalankannya. Namun terkadang, terdapat beberapa sikap elit penguasa yang demikian angkuh dan congkak sehingga membuat masyarakat semakin tidak simpati kepada elit pengauasa negeri ini, hal tersebut mencerminkan buruknya moral bangsa. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan, agar permasalahan terkait etika yang banyak terjadi di masyarakat dapat terjadi dengan efektif.

Faktor-faktor tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan kemajuan zaman. Dengan berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih transparan dan sangat sulit untuk melakukan penyaringan terhadap budaya-budaya yang masuk secara terus-menerus. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat mengganggu etika dan moral remaja. Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah.











BAB III
KESIMPULAN
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.  Jika dilihat dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab masalah etika yang terjadi di kalangan remaja disebabkan oleh berbagai hal atau disebut juga multifaktorial. Untuk meghindari salah pergaulan yang sangat rentan terjadi pada remaja, remaja dan keluarga harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak apalagi dalam hal ini pada seorang remaja. Selain itu juga, peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok, sex bebas, serta perilaku buruk lainnya. Lalu, selain datang dari luar pencegahan terhadap pengaruh buruk dari lingkungan dapat juga datang dari dalam diri sendiri yaitu peningkatan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.









Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2014. Data Rokok. [online] Available at : http://www.litbang.depkes.go.id/berita-data-rokok [Accessed 4 Mei 2015].
Ismail Al-Qudsy, S.H., 1970. Values & ethics towards quality public delivery system of Malaysia: an Islamic perspective. Jurnal Syariah. Volume 15, Issue 2
Mulyasa. 2000. Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan di SD. CV. Geger Sunten Bandung.
Robert C. Solomon. Etika, Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta, 1984. hal 2
Sukmana. 2008. Pentingnya Membina Budi Pekerti Anak. Bhineka Karya Winaya
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta
Susanto, A. H., Nur, D., dkk. 2013. Laporan Tahunan 2012. Jakarta: RutgersWPF
Suseno. 1987. Etika dasar: masalah-masalah pokok filsafat moral. Kanius. Universitas Michigan
Wahyuni, D. dan Rahmadewi. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 tahun) : Ada Apa dengan Remaja? Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan-BKKBN
Webster's New Dictionary of Synonyms. Springfield, MA : Merriam-Webster, 1984, p. 547

 





Sunday, January 25, 2015

Transistor


Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.
Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium, Silikon, Galium Arsenide. Sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface Mount, dan ada juga beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC (Intregeted Circuit).
Fungsi Transistor
Fungsi Transistor sangat berpengaruh besar di dalam kinerja rangkaian elektronika. Karena di dalam sirkuit elektronik, komponen transistor berfungsi sebagai jangkar rangkaian. Transistor adalah komponen semi konduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (B), Colector (C) dan Emitor (E). Dengan adanya 3 kaki elektroda tersebut, tegangan atau arus yang mengalir pada satu kaki akan mengatur arus yang lebih besar untuk melalui 2 terminal lainnya.
Fungsi Transistor Lainnya :
  • Sebagai penguat amplifier.
  • Sebagai pemutus dan penyambung (switching).
  • Sebagai pengatur stabilitas tegangan.
  • Sebagai peratas arus.
  • Dapat menahan sebagian arus yang mengalir.
  • Menguatkan arus dalam rangkaian.
  • Sebagai pembangkit frekuensi rendah ataupun tinggi.
Jika kita lihat dari susuan semi konduktor, Transistor dibedakan lagi menjadi 2 bagian, yaitu Transistor PNP dan Transistor NPN. Untuk dapat membedakan kedua jenis tersebut, dapat kita lihat dari bentuk arah panah yang terdapat pada kaki emitornya. Pada transistor PNP arah panah akan mengarah ke dalam, sedangkan pada transistor NPN arah panahnya akan mengarah ke luar. Saat ini transistor telah mengalami banyak perkembangan, karena sekarang ini transistor sudah dapat kita gunakan sebagai memory dan dapat memproses sebuah getaran listrik dalam dunia prosesor komputer.
Dengan berkembangnya fungsi transistor, bentuk dari transistor juga telah banyak mengalami perubahan. Salah satunya telah berhasil diciptakan transistor dengan ukuran super kecil yang hanya dalam ukuran nano mikron (transistor yang sudah dikemas di dalam prosesor komputer). Karena bentuk jelajah tegangan kerja dan frekuensi yang sangat besar dan lebar, tidak heran komponen ini banyak digunakan didalam rangkaian elektornika. Contohnya adalah transistor pada rangkaian analog yang digunakan sebagai amplifier, switch, stabilitas tegangan dan lain sebagainya. Tidak hanya di rangkaian analog, pada rangkaian digital juga terdapat transistor yang berfungsi sebagai saklar karena memiliki kecepatan tinggi dan dapat memproses data dengan sangat akurat.

komponenelektronika.biz
dasarelektronika.com/pengertian-dan-fungsi-transistor.html










Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia


Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.



Potret Pendidikan Daerah Terpencil


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan utama yang wajib dilaksanakan oleh setiap manusia dimulai dari jenjang dasar, menengah hingga yang tertinggi. Di Indonesia sendiri memang sudah diwajibkan pemerintah untuk wajib pendidikan 12 tahun, namun tidak ada arti juga jika mutu pendidikan dan fasilitasnya masih rendah atau adanya perbedaan. Kondisi geografis pun menjadi salah satu faktor penyebab yang menjadikan sebagian daerah di Indonesia tertinggal oleh laju pembangunan dan belum tersentuh pendidikan secara layak. Pendidikan adalah jalan terbaik meningkatkan taraf kehidupan sebuah generasi. Tak terkecuali di Indonesia. Namun apa yang dijumpai di pesisir ujung pantai timur Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, bisa jadi cermin kondisi pendidikan di banyak daerah terpencil lainnya di tanah air.
Seperti yang dilansir dalam Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (3/5/2014) memberitakan kondisi memprihatinkan Madrasah Ibtidaiyah (SD) Darul Ulum di pesisir pantai Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Sekolah yang berdiri sejak 2007 hanya memiliki fisik bangunan semi permanen. Berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah. Tanpa bantuan pemerintah, pendiri sekolah dan para guru tetap tegar hingga kini.
Bisa dibayangkan, seperti apa kondisi waktu belajar setiap hari. Di sisi lain, guru pun seakan hanya berbekal idealisme mereka sebagai pengajar, tanpa imbalan yang memadai sebagai pemberi ilmu bagi masa depan muridnya. Lain lagi dengan kondisi anak-anak usia sekolah di Desa Patambanua, Kecamatan Matangnga, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kondisi desa terpencil, memaksa setiap anak yang ingin mengenyam pendidikan dasar harus berjalan kaki lewati bukit dan hutan agar bisa sampai ke sekolah. Hal tersebut mengakibatnya banyak anak usia sekolah dasar yang putus sekolah atau malah tidak bersekolah sama sekali.
Hingga kini masalah ketersediaan sekolah bagi anak-anak di pedalaman Polewali Mandar, Sulawesi Barat, belum terselesaikan. Untuk mendirikan sekolah dasar, pemerintah terbentur persyaratan minimum jumlah murid yang harus 60 orang.
Proses belajar mengajar juga kerap terbentur oleh SDM yang ada. Hal ini menyusul kurangnya tenaga pendidik yang mau terjun ke dusun terpencil. Pekerjaan besar untuk mencerdaskan generasi masa depan bangsa.
Pendidikan yang tepat bagi penduduk terpencil adalah pendidikan yang fleksibel dengan mengikuti kekhasan adat istiadat mereka. Lebih tepat dikatakan sebagai pendidikan alternatif yang ranahnya bisa formal, informal ataupun nonformal. Metode yang diberikan juga metode yang tidak menghilangkan kebiasaan positif mereka yang berasal dari akar rumput dan adiluhung secara turun-temurun. Cara yang diberikan dalam pendidikan alternatif yang diberikan bagi masyarakat daerah terpencil adalah sentuhan yang tulus dan khas karena keikhlasan dalam mendidik masyarakat daerah terpencil adalah hal utama yang harus dimiliki oleh para pendidik yang akan terjun ke sana.
Selain adanya pendidik yang hebat, teknologi saat ini juga merupakan bagian terpenting yang tidak boleh diabaikan pemerintah, baik itu teknologi untuk komunikasi maupun untuk pendidikan. Tetapi teknologi tersebut juga harus dijaga penggunaannya agar tidak merusak moral, budaya dan adat istiadat sehingga tidak terjadi penyimpangan sosial.
Berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia dapat digunakan untuk pembelajaran jarak jauh dan mandiri terutama untuk daerah terpencil. Tujuannya agar mereka lebih mudah mengakses pendidikan umum atau formal yang layak seperti yang didapatkan oleh kebanyakan penduduk kota. Namun sampai saat ini masih belum nampak yang begitu mencolok dari pemerintah untuk merubah itu semua.




Perpindahan Panas secara Konduksi, Radiasi, dan Konveksi


Didalam dunia kelistrikan kita mengenal yang namanya MCB (miniature circuit breker) cara kerja alat ini juga berdasarkan panas (thermal) dan elektromagnetik. Kembali ke judul artikel, berikut ini akan kita bahas bagaimana kalor (panas) dapat berpindah dengan cara Konduksi, Radiasi dan Konveksi.

1.      Konduksi
Pada konduksi perpindahan energi panas (kalor) tidak di ikuti dengan zat perantaranya. Misalnya saja anda menaruh batang besi membara ke batang besi lain yang dingin. Anda tidak akan melihat besi membara itu bergerak namun tiba-tiba besi yang semula dingin akan menjadi panas. Atau dengan contoh yang lebih simpel, yakni satu logam panjang yang dipanaskan. Satu ujung logam panjang yang di beri nama A dipanaskan maka beberapa saat kemudian ujung yang lain (kita sebut ujung B) juga akan ikut panas. Pemanfaatan Konduksi dalam kehidupan sehari-hari sendiri bisa dengan mudah kita temukan, misalnya saja saat memasak air maka kalor berpindah dari api (kompor) menuju panci dan membuat air mendidih.

2.       Radiasi
Merupakan proses terjadinya perpindahan panas (kalor) tanpa menggunakan zat perantara. Perpindahan kalor secara radiasi tidak membutuhkan zat perantara, contohnya anda bisa melihat bagaimana matahari memancarkan panas ke bumi dan api yang memancarkan hangat ke tubuh anda. Kalor dapat di radiasikan melalui bentuk gelombang cahaya, gelombang radio dan gelombang elektromagnetik. Radiasi juga dapat dikatakan sebagai perpindahan kalor melalui media atau ruang yang akhirnya diserap oleh benda lain. Contoh radiasi dalam kehidupan sehari-hari dapat anda lihat saat anda menyalakan api unggun, anda berada di dekat api unggun tersebut dan anda akan merasakan hangat. Satu lagi, pernahkah anda memegang candi prambanan di siang hari? Menurut anda apa yang membuat candi tersebut hangat saat siang hari? Ya karena mendapat radiasi panas dari matahari.
3.      Konveksi
Merupakan perpindahan kalor (panas) yang disertai dengan berpindahnya zat perantara. Konveksi sebenarnya mirip dengan Induksi, hanya saja jika Induksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai zat perantara sedangkan konveksi merupakan perpindahan kalor yang di ikuti zat perantara. Contoh konveksi dalam kehidupan sehari-hari dapat anda lihat pada proses pemasakan air, apakah anda tau apa yang terjadi saat air dimasak? Saat air dimasak maka air bagian bawah akan lebih dulu panas, saat air bawah panas maka akan bergerak ke atas (dikarenakan terjadinya perubahan masa jenis air) sedangkan air yang diatas akan bergerak kebawah begitu seterusnya sehingga keseluruhan air memiliki suhu yang sama. Selain itu contoh konveksi yang lain juga dapat anda temui pada ventilasi ruangan dan cerobong asap.



Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia


Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Pemerintah harus bisa membuat prioritas dalam upaya perbaikan kualitas manusia Indonesia. Realisasi anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari total APBN negara harus bisa segera direalisasikan oleh pemerintah. Jangan sampai anggaran yang telah besar ini justru dikorup oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Penetapan sistem pendidikan yang baku serta tidak harus berubah pada setiap pergantian menteri harus bisa menjadi target pemerintah. Hal ini bisa memberikan kepastian bagi setiap pengajar dan sekolah. Kelengkapan fasilitas serta pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap warga negara, khususnya daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Daerah-daerah seperti ini seharusnya menjadi fokus pemerintah karena banyak sekali masyarakat yang tidak memperoleh hak mereka dalam memperoleh pendidikan.
Terakhir, perbaikan kualitas para pendidik pun harus bisa diperhatikan oleh pemerintah. Jangan sampai para guru yang mengajari para calon pemimpin bangsa ini justru merupakan orang-orang yang tidak mengerti apa yang mereka ajarkan. Inilah beberapa hal yang harus segera dilakukan pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah SDM di Indonesia.
Demikian sedikit sumbangan pemikiran untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia yang saat ini masih kurang. Dengan semangat memajukan bangsa, kita semua akan bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik dan maju melalui peningkatan kualitas pendidikan kita.